Minggu, 20 November 2016

Admixture Beton


Admixture adalah bahan/material selain air, semen dan agregat yang ditambahkan ke dalam beton atau mortar sebelum atau selama pengadukan. Admixture digunakan untuk memodifikasi sifat dan karakteristik beton. Tujuan penggunaan admixture pada beton segar adalah : 
  • Memperbaiki workability beton
  • Mengatur factor air semen pada beton segar. 
  • Mengurangi penggunaan semen 
  • Mencegah terjadinya segregasi dan bleeding 
  • Mengatur waktu pengikatan aduk beton 
  • Meningkatkan kekuatan beton keras. 
  • Meningkatkan sifat kedap air pada beton keras. 
  • Meningkatkan sifat tahan lama pada beton keras termasuk tahan terhadap zat-zat kimia, tahan terhadap gesekan, dll. 

JENIS-JENIS ADMIXTURE

ADMIXTUE
Secara umum ada dua jenis bahan tambah yaitu bahan tambah yang berupa mineral (additive) dan bahan tambah kimiawi (chimical admixture). Bahan tambah admixture ditambahkan pada saat pengadukan atau pada saat pengecoran. Sedangkan bahan tambah additive ditambahkan pada saat pengadukan. Bahan tambah admixture biasanya dimaksudkan untuk  mengubah perilaku beton pada saat pelaksanaan atau untuk meningkatkan kinerja beton pada saat pelaksanaan. Untuk bahan tambah additive lebih banyak bersifat penyemenan sehingga digunakan dengan tujuan perbaikan kinerja kekuatannya. 
Menurut ASTM C.494, admixture dibedakan menjadi tujuh jenis, yaitu :
1) Tipe A : Water Reducing Admixture (WRA)
Bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi penggunaan air pengaduk untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu. Dengan menggunakan jenis bahan tambah ini akan dapat dicapai tiga hal, yaitu : 
  • Hanya menambah/meningkatkan workability. Dengan menambahkanWRA ke dalam beton maka dengan fas (kadar air dan semen) yang sama akan didapatkan beton dengan nilai slump yang lebih tinggi. Dengan slump yang lebih tinggi, maka beton segar akan lebih mudah dituang, diaduk dan dipadatkan. Karena jumlah semen dan air tidak dikurangi dan workability meningkat maka akan diperoleh kekuatan tekan beton keras yang lebih besar dibandingkan beton tanpa WRA. 
  • Menambah kekuatan tekan beton. Dengan mengurangi/memperkecil fas (jumlah air dikurangi, jumlah semen tetap) dan menambahkan WRA pada beton segar akan diperoleh beton dengan kekuatan yang lebih tinggi. Dari beberapa hasil penelitian ternyata dengan fas yang lebih rendah tetapi workability tinggi maka kuat tekan beton meningkat. 
  • Mengurangi biaya (ekonomis). Dengan menambahkan WRA dan mengurangi jumlah semen serta air, maka akan diperoleh beton yang memiliki workability sama dengan beton tanpa WRA dan kekuatan tekannya juga sama dengan beton  tanpa WRA. Dengan demikian beton lebih ekonomis karena dengan kekuatan yang sama dibutuhkan jumlah semen yang lebih sedikit.
2) Tipe B : Retarding Admixture
Bahan tambah yang berfungsi untuk memperlambat proses waktu pengikatan beton. Biasanya digunakan  pada saat kondisi cuaca panas, memperpanjang waktu untuk pemadatan, pengangkutan dan pengecoran.
 
3) Tipe C : Accelerating Admixtures Jenis bahan tambah yang berfungsi untuk mempercepat proses pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton. Bahan ini digunakan untuk memperpendek waktu pengikatan semen sehingga mempecepat pencapaian kekuatan beton. Yang termasuk jenis accelerator adalah : kalsium klorida, bromide, karbonat dan silikat. Pda daerah-daerah yang menyebabkan korosi tinggi tidak dianjurkan menggunakan accelerator jenis kalsium klorida. Dosis maksimum yang dapat ditambahkan pada beton adalah sebesar 2 % dari berat semen.

4) Tipe D : Water Reducing and Retarding Admixture 
Jenis bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi jumlah air pengaduk yang diperlukan pada beton tetapi tetap memperoleh adukan dengan konsistensi tertentu sekaligus memperlambat proses pengikatan awal dan pengerasan beton. Dengan menambahkan bahan ini ke dalam beton, maka jumlah semen dapat dikurangi sebanding dengan jumlah air yang dikurangi. Bahan ini berbentuk cair sehingga dalam perencanaan jumlah air pengaduk beton, maka berat admixture ini harus ditambahkan sebagai berat air total pada beton. 

5)  Tipe E : Water Reducing and Accelerating Admixture
Jenis bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi jumlah air pengaduk yang diperlukan pada beton tetapi tetap memperoleh adukan dengan konsistensi tertentu sekaligus mempercepat proses pengikatan awal dan pengerasan beton. Beton yang ditambah dengan bahan tambah jenis ini akan dihasilkan beton dengan waktu pengikatan yang cepat serta kadar air yang rendah tetapi tetap workable. Dengan menggunakan bahan ini diinginkan beton yang mempunyai kuat tekan tinggi dengan waktu pengikatan yang lebih cepat (beton mempunyai kekuatan awal yang tinggi). 

6)  Tipe F : Water Reducing, High Range Admixture
Jenis bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12 % atau lebih. Dengan menmbahkan bahan ini ke dalam beton, diinginkan untuk mengurangi jumlah air pengaduk dalam jumlah yang cukup tinggi sehingga diharapkan kekuatan beton yang dihasilkan tinggi dengan jumlah air sedikit, tetapi tingkat kemudahan pekerjaan (workability beton) juga lebih tinggi. Bahan tambah jenis ini berupa  superplasticizer. Yang termasuk jenis superplasticizer adalah : kondensi sulfonat melamine formaldehyde dengan kandungan klorida sebesar 0,005 %, sulfonat nafthalin formaldehyde, modifikasi lignosulphonat  tanpa kandungan klorida.  Jenis
bahan ini dapat mengurangi jumlah air pada campuran beton dan meningkatkan slump beton sampai 208 mm. Dosis yang dianjurkan adalah 1 % - 2 % dari berat semen.

7) Tipe G : Water Reducing, High Range Retarding admixtures
Jenis bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12 % atau lebih sekaligus menghambat pengikatan dan pengerasan beton. Bahan ini merupakan gabungan superplasticizer dengan memperlambat waktu ikat beton. Digunakan apabila pekerjaan sempit karena keterbatasan sumberdaya dan ruang kerja. 

Jenis-jenis bahan tambah mineral (Additive) Jenis bahan tambah mineral (additive) yang ditambahkan pada beton dimaksudkan  untuk meningkatkan kinerja kuat tekan beton dan lebih bersifat penyemenan. Beton yang kekuarangan butiran halus dalam agregat menjadi tidak kohesif dan mudah bleeding. Untuk mengatasi kondisi ini biasanya ditambahkan bahan tambah additive yang  berbentuk butiran padat yang halus.   Penambahan additive biasanya dilakukan pada beton kurus, dimana betonnya kekurangan agregat halus dan beton dengan kadar semen yang biasa tetapi perlu dipompa pada jarak yang jauh. Yang termasuk jenis additive adalah : puzzollan, fly ash, slag dan silica fume.

Adapun  keuntungan penggunaan additive adalah (Mulyono T, 2003) : 
  • Memperbaiki workability beton 
  • Mengurangi panas hidrasi 
  • Mengurangi biaya pekerjaan beton 
  • Mempertinggi daya tahan terhadap serangan sulfat 
  • Mempertinggi daya tahan terhadap serangan reaksi alkali-silika 
  • Menambah keawetan (durabilitas) beton 
  • Meningkatkan kuat tekan beton 
  • Meningkatkan usia pakai beton  
  • Mengurangi penyusutan 
  • Membuat beton lebih kedap air  (porositas dan daya serap  air pada beton rendah)
Jenis bahan tambah lain yang biasa digunakan adalah bahan pembentuk gelembung udara (Air Entraining Agent/AEA). Ada dua jenis AEA, yaitu jenis detergent dan bukan deterjent.  
a) Jenis deterjent AEA pada umumnya adalah dari jenis deterjent, yaitu zat aktif terhadap permukaan. Zat ini biasanya berupa zat organik sebagai bahan baku sabun, sehingga bila diaduk dengan air akan menjadi busa dan busa ini akan tersebar di dalam adukan beton.  Gelembung-gelembung ini berada diantara butiran semen dan agregat yang berfungsi sebagai  bola pelincir sehingga adukan beton menjadi lebih mudah diaduk. Penambahan AEA membuat beton mempunyai sifat penyusutan yang kecil dan membuat beton lebih kedap air. Bahan yang biasa digunakan untuk membuat AEA adalah damar vinsol yang merupakan senyawa asam abiet (abietic acid) atau biasa disebut dengan soda api. 

b) Jenis bukan deterjent
Jenis ini biasanya berupa bubuk aluminium halus. Bubuk ini apabila bercampur dengan air pada beton akan bereaksi membentuk gelembung udara gas hidrogen. Biasanya digunakan juga bahan stabilisator (Natrium Stearat) agar gelembungnya dapat tersebar merata dan stabil. 

PEMAKAIAN ADMIXTURE DALAM BETON  

Admixture atau bahan tambah untuk beton digunakan dengan tujuan untuk memperbaiki atau menambah sifat beton tersebut menjadi lebih baik. Jadi sifatnya hanya sebagai bahan penolong saja. Jadi admixture sendiri bukan zat yang dapat membuat beton yang buruk menjadi baik.  
Ada beberapa pertimbangan di dalam pemakaian admixture pada beton, yaitu (Samekto W, et.al, 2001):
  • Jangan menggunakan admixture bila tidak tahu tujuannya. 
  • Admixture tidak akan membuat beton buruk menjadi beton baik 
  • Suatu admixture dapat merubah lebih dari satu sifat adukan beton 
  • Pengawasan terhadap bahan ini sangat penting, termasuk pengawasan atas pengaruhnya pada beton
sumber:
http://operator-it.blogspot.co.id/2014/03/admixture-salah-satu-bahan-campuran.html

Metode Pemasangan Pipa Bawah Laut

METODE PEMASANGAN PIPA BAWAH LAUT

Instalasi pipa laut dapat dilakukan dengan kapal pemasang yang khusus. Ada beberapa metode untuk memasang pipa laut, metode yang paling sering dipakai yaitu S-lay, J-lay dan reeling. Berdasarkan pada metode tersebut, pipa laut mengalami beban yang berbeda selama instalasi dari kapal pemasang. Beban-beban tersebut adalah tekanan hidrostatis, tarikan(tension) dan pembengkokan (buckling). Sebuah analisis instalasi dilakukan untuk mengestimasi gaya tarik minimum pada pipa untuk kurva radius yang sudah diberikan, untuk memastikan bahwa efek beban pada pipa ada dalam kriteria desain kekuatan.Berikut ini merupakan metode atau cara dalam pemasangan pipa bawah laut yang selama ini dilakukan dalam dunia pipeline, anatara lain :
1.      S-Lay

Perbedaan teknologi dan peralatan telah diadopsi untuk pemasangan pipa di lepas pantai.
Salah satu metode untuk pemasangan pipa yaitu metode S-lay, disebut S-lay karena kurva pipa yang keluar dari kapal pemasang sampai seabed berbentuk seperti huruf S. Pipeline difabrikasi di atas kapal dengan satu, dua atau tiga joints. Membutuhkan stinger untuk mengontrol bending bagian atas dan tensioner untuk mengontrol bagian bawah. Laut yang lebih dalam membutuhkan stinger yang lebih panjang dan tensioner yang lebih kuat. S-lay laut dangkal hanya bisa dipakai sampai kedalaman sekitar 300m saja. Untuk yang lebih dalam lagi, DP S-lay bisa dipakai sampai kedalaman 700m. Kecepatan pasang sekitar 4 – 5 km per hari. Ukuran pipa maksimum yang bisa diinstal adalah 60” OD (Allseas Solitair).

2.      J-Lay


Dalam metode ini, kapal menggunakan sebuah menara sentral, biasanya dikonversi dari kapalpengeboran, untuk melakukan pengelasan pada posisi vertikal dan peluncuran pipa dari menara. Pipa dilepaskan dengan cara yang membentuk kelengkungan sagbending, menghindari overbending, seperti yang ditunjukkan gambar dibawah. Kesulitan terbesar dalam metode ini adalah untuk melakukan pengelasan vertikal, pengelasan dilakukan hanya oleh satu section jadi lebih lambat dari S-lay dan untuk mempercepat proses, teknik pengelasan yang lebih canggih seperti friction welding, electron beam welding atau laser welding digunakan. Pipa yang akan dipasang mempunyai sudut yang mendekati vertikal sehingga tidak butuh tensioner. Teknik ini sangat cocok untuk instalasi di laut dalam. Beda dengan S-lay, J-lay tidak membutuhkan stinger. Kecepatan pasang sekitar 1-1.5 km per hari. Ukuran pipa maksimum yang bisa diinstal adalah 32” OD (Saipem S-7000). Meskipun membawa keuntungan dibandingkan dengan metode S-lay untuk perairan dalam. J-Lay memiliki tingkat produksi yang relatif rendah karena terbatasnya jumlah work station. Metode J-Lay sangat cocok untuk perairan dalam dan tidak cocok untuk perairan dangkal.

3.      Reel-Lay


Dalam metode ini umumnya pipa yang dinstall adalah pipa berukuran diameter kecil atau pipa yang fleksibel. Pada instalasi ini dibutuhkan vessel yang memiliki pipe reel dengan ukuran besar karena pipa tersebut digulung dalam reel ini. Jika pipa ini dinstall secara horizontal maka akan berbentuk S-Lay namun jika dinstall secara vertikal maka akan berbentuk J-Lay. Metode ini lebih murah jika dibandingkan dengan metode lain ditinjau dari sisi waktu dan biaya, namun terbatas untuk pipa dengan ukuran diameter kecil. Semua pipa dilas di darat dan digulung sampai ukurannya komplit atau sudah mencapai maksimum kapasitas reel-nya. Tidak semua coating bisa dipakai seperti concrete dan beberapa coating yang kaku. Tebalnya pipa ditentukan oleh kebutuhan minimum untuk menghindari ovalisation dan diameter reel atau carousel. Pipa juga menjadi sangat sensitif terhadap perubahan properti. Bisa dipakai pada kedalaman 100 sampai 1000 meter. Kecepatan pasang sekitar 14 km per hari. Yang perlu diperhatikan dalam teknik reel lay adalah ovalisation, residual stress, Bauschinger effect dan fatigue.

4.      Tow or Pull
Metode ini digunakan dengan cara menarik pipa yang sudah disiapkan di darat dan kemudian ditarik ke tempat instalasi dengan cara ditarik oleh tug boat. Ada 4 jenis tow berdasarkan posisi pipa terhadap dasar laut: bottom tow, off-bottom tow, controlled depth tow and surfacetow. Selain bottom tow, diperlukan minimal dua buah kapal, satu di depan dan satu di belakang. Dalam controlled depth tow, kecepatan kapal harus disesuaikan dengan kedalaman pipa yang diinginkan pada saat towing. Dalam towing lay, semua fabrikasi dikerjakan di onshore termasuk pemasangan anode dan coating di sambungan. Menarik buat lapangan yangterletak tidak terlalu jauh dari pantai. Juga cocok untuk aplikasi PIP dan pipe bundleAdapun dalam metode pemasangan pipa bawah laut, kapal pemasang pipa merupakan hal yang tak kalah pentingnya, dikarenakan adanya berbagai metode yang digunakan sehingga mempengaruhi jenis kapal seperti apa yang akan digunakan dalam pemsangan metode atau cara dalam pemasangan pipa bawah laut. Jenis kapal yang berbeda digunakan untuk pemasangan pipa laut tergantung pada metode pemasangan dan karakteristik lingkungan operasi (kedalaman, cuaca, dan lain-lain).
-          Bottom tow

-          Surface toe

-          Mid depth tow



sumber:
http://dokumen.tips/documents/metode-pemasangan-pipa-bawah-laut.html
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/607/jbptitbpp-gdl-zenalabidi-30328-5-2008ta-4.pdf
http://just-me022.blogspot.co.id/2016/02/metode-pemasangan-pipa-bawah-laut.html


Jenis-Jenis Baja

Baja merupakan campuran dari beberapa unsur : 

Besi (Fe) : + 98 % 
Karbon (C) : max 1,7 % (tegangan naik, regangan kurang) 
Manganese (Mn) : max 1,65 % (kekuatan) 
Silikon (Si) : max 0,6 % (mengurangi gas) 
Tembaga (Cu) : max 0,6 % (ketahanan terhadap karat) 
Phosfor (P) dan belerang (S) (kurang keuletan) 

Sifat baja bergantung kepada kadar carbon, semakin bertambah kadar carbonnya maka tegangannya akan naik tetapi regangannya semakin menurun sehingga baja bersifat keras tetapi getas.
Adanya phospor (P) dan belerang (S) juga menyebabkan berkurangnya keuletan (getas) Tembaga (Cu) mempunyai pengaruh baik terhadap ketahanan korosi Silikon (Si) digunakan untuk mengurangi gas pada leburan logam Manganese (Mn) juga menambah kekuatan baja 

Baja yang biasa digunakan untuk keperluan struktur adalah dari jenis :

  • Baja Karbon (fy = 210 – 250 MPa) 

Baja karbon rendah : sekitar 0,15 % 
Baja karbon sedang : 0.15 % - 0,29 % (umum untuk struktur bangunan misalnya BJ 37) 
Baja karbon medium : 0,3 % - 0,5 % 
Baja karbon tinggi : 0,6 % - 1,7 %
Baja karbon memiliki titik peralihan leleh yang tegas, peningkatan kadar karbon akan meningkatkan kuat leleh tapi mengurangi daktilitas dan menyulitkan proses pengelasan 


  • Baja Mutu Tinggi (fy = 275 – 480 MPa) 
Menunjukkan titik peralihan leleh yang tegas  Didapat dengan menambahkan unsur aloi (chromium, nickel, vanadium, dll) kedalam baja karbon untuk mendapatkan bentuk mikrostruktur yang lebih halus


  • Baja Aloi (fy = 550 – 760 MPa)  

Tidak menunjukkan titik peralihan leleh yang tegas Titik peralihan leleh ditentukan menggunakan metode tangen 2 ‰ atau metode regangan 5 ‰


sumber:
http://dodybrahmantyo.dosen.narotama.ac.id/files/2012/02/STRUKTUR-BAJA-2_Material.pdf

Metode Pemancangan

METODE PEMANCANGAN

1. Persiapan
    a. Penetuan alat pancang yang digunakan
        Peralatan pancang yang digunakan harus mempunyai efisiensi dan energi yang memadai
        Berikut ini tabel kesesuaian tiang pancang dan alat pancang :



  •  Tabel diatas memberikan rekomendasi secara umum untuk diesel hammer.
  •  Pemilihan jenis hammer secara tepat  harus memperhitungkan  panjang tiangdayadukung tiang dan kondisi tanah.
b. Rencanakan final set tiang pancang  untuk menentukan pada kedalaman dimana pemancangan  tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah pukulan terakhir (final  set).             
        c. Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan manuver alat. Lokasi stock material agar diletakkan dekat dengan lokasi pemancangannya. 

 d. Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok.

2. Produk Tiang Pancang

    Untuk produk tiang pancang banyak sekali yang ada di pasaran indonesia mulai dari spun pile, square pile,  Triangle Pile, Sheet Pile, dll           
    Berikut tabel Produk Tiang Pancang.
    a. Spun Pile
        

      b.  Square Pile
           


3. Mobilisasi Tiang Pancang

   Untuk mobilisasi tiang pancang bisa dilakukan melaui darat ataupun alat untuk mencapai proyek untuk alat transportasi biasanya menggunakan pontoon, trailer maupun boogy, tentunya sebelum menentukan alat apa yang digunakan kita harus melakukan pertimbangan terlebih dahulu untuk kelebihan dan kekurangan baik melalui darat ataupun laut.

4. Proses Pemancangan
a. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada   patok titikpancang yang telah ditentukan.

b.  Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada   setiap   tiang.

c.  Tiang didirikan disamping “drivinglead” dan kepala tiang   dipasang pada helmet yang telahdilapisi  kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.

d. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok   pancang yang telah ditentukan.

e. Penyetelan vertikal tiang dilakukan  dengan mengatur panjang “backstay’ sambil diperiksa dengan  waterpass sehingga diperoleh posisi yang betul -betul vertikal.

 f. Sebelum pemancangan  dimulaibagian bawah tiang diklem dengan ‘center gate”pada dasar “drivinglead” agar posisi tiang tidak bergeser selama pemancanganagar posisi tiang tidak bergeser selama pemancangan
g g. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara kontinyuke atas helmet yang terpasang diatas kepala tiang
     h. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk penyambungan batang berikutnya  bila level kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan  level tanah keras  yangdiharapkan belum tercapai.

          Proses penyambungan tiang :
  • Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet   seperti yang dilakukan padabatang pertama.
  • Ujung bawah tiang didudukkan di atas kepala tiang yang pertama sedemikian sehingga sisi pelat  sambung kedua tiang telah berimpit dan menempel menjadi satu.
  • Penyambungan dilakukan dengan pengelasan penuh di sekeliling pertemuan kedua ujung kawat  
  • Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat. selesai penyambunganpemancangandapat dilanjutkan seperti yang dilakukan pada batang pertamaPenyambungan dapat  diulangi sampai mencapai kedalaman tanah keras yang ditentukan.

       i.   melaksanakan kalendering pada saat hampir mendekati top pile yang disyaratkan, Final Set 3 cm untuk   10 pukulan terakhir, atau bisa dilihat dari data bore log.
      j.  Pemancangan tiang dapat dihentikan (selesaibila ujung bawah tiang   telah mencapailapisan tanah      keras/final set yang ditentukan.
       h.  Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang ditentukan sesuai   shop drawing 


sumber:
http://insinyursipil.blogspot.co.id/2015/01/metode-pemancang.html